Selasa, 21 Agustus 2012


1.      Lingkungan
       Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, krpibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.235
      Lingkungan pendidikan adalah kondisi dan situasi yang berada di luar anak didik yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pendidikan anak pasca kelahirannya.236 Para pakar pendidikan membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga, yakni lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.237
      Tanggung jawab pendidikan dipikul bersama-sama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan di rumah oleh kedua orang tua, di sekolah oleh guru dan di masyarakat oleh lembaga-lembaga atau pemimpin masyarakat yang senantiasa memperhatikan warganya agar menjadi masyarakat yang baik.
------------
       233Ibid, hlm. 284
       234Ibid, hlm. 281-282
       235UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, hlm. 58
       236Nurwadjah Ahmad EQ,. Op.Cit, hlm. 128
       237Ibid, hlm. 129
76
         Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.238
         Ada beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman iman di hati anak-anaknya di rumah tangga. Yang pertama, membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan istri (ayah dan ibu anak); kedua, membina hubungan harmonis dan akrab antara orang tua dan anak; dan ketiga, mendidik (membiasakan, memberi contoh dan lain-lain tadi) sesuai dengan tuntunan Islam.239
        Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relative menetap dan otomatis.240
     Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladn dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan cultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga. 241


------------
       238Zakiah Daradjat, Op.Cit, hlm. 47
       239A. Tafsir, Op.Cit, hlm. 129
       240Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 116-117
       241Ibid, hlm. 121-122

77

       Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Keenam Pendidikan Informal Pasal 27 ayat (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.242
     Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychologi : The Teaching-Learing Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah … a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).243

       Belajar adalah key term (istilah kunci) yang vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.   Sebagai suatu proses, belajar hamper selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.244

       Zakiah Darajat dalam Metodologi Pengajaran Agama Islam mengatakan bahwa “ Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika murid berpartisipasi  aktif. .. Bentuk belajar secara aktif meliputi interaksi antara murid dan guru, murid dengan murid lainnya, sekolah dengan rumah, sekolah dengan masyarakat, dan murid dengan segala macam alat-alat pengajaran. Dengan demikian murid harus didorong untuk berpartisipasi aktif sehingga mereka dapat belajar melalui pengalaman. Prinsipnya bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. 245   



------------
       242UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, hlm. 71
       243Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 88
       244Ibid, hlm. 93
       245Zakiah Daradjat, Op.Cit, hlm. 121




78

    Termasuk karunia Allah Swt., disamping nikmat persepsi dan berfikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk belajar serta memperoleh ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Belajar menjadikan manusia memiliki kemampuan lebih dalam mengemban tanggung jawab hidup dan memakmurkan bumi. Selain itu, belajar juga memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan dan keterapilannya dengan jaminan manusia dapat mencapai kesempurnaan insane yang luar biasa. 246
    Manusia akan belajar dengan cara yang berbeda-beda. Kadang-kadang manusia belajar dengan cara meniru (imitation). Seorang akan meniru kedua orang tuanya serta belajar berbagai kebiasaan dan pola perilaku mereka. Melalui pengalaman praktis atau trial and error, manusia juga akan belajar banyak mengenai cara-cara yang berguna dalam mengatasi berbagai problema kehidupannya dan bermacam urusan penghidupannya. Adakalanya manusia juga belajar melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.247
     Bagaimanakah pandangan agama khususnya Islam terhadap belajar, memori, dan pengetahuan ? Agaknya tiada satupun agama, termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja system memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas. Kata-kata kunci, seperti ya’qiluun, yatafakkaruun, yubshiruun, yasma’uun dan sebagainya yang terdapat dalam al Qur’an, merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. 248
     Abdurrahman Saleh Abdullah dalam Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an mengatakan bahwa “ Hilm dengan bentuk jama’nya ahlam di dalam al Qur’an ada satu ayat yang menunjukkan daya fikir. Izutsu menyebut hilm bukan sinonim yang sempurna dari aql , hilm lebih komprehensif darpada aql, karena hilm mengandung mengandung pengertian yang sangat mendasar dari daya fikir dan intelek, maka bukan merupakan sinonim, karena aql lebih sempit pengertiannya. Akan tetapi secara praktis, kedua istilah aql dan hilm menjadi serupa benar pengertiannya. 249



------------
       246Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam al Qur-an, Terj. M. Zaka al Farisi, (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2005), cet. 1, hlm. 251
       247Ibid, hlm. 258
       248Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 98-99
       249Abdurrahman Saleh Abdullah, Op.Cit, hlm. 98


79
     Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
    
     Artinya “ (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Az-Zumar (39) : 9)250
      Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut :
حدثنا محمود بن غيلا ن حدثنا ابو اسامة عن الاعمش عن ابن صالح عن ابى هريرة قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة
قال ابو عيسى هذا حديث حسن
   Artinya : Telah menceriterakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah menceriterakan kepada kami Abu Usamah dari al ‘Amsyi dari Ab Shalih dari Abu Hurairah dia berkata : Rslullah Saw. Bersabda : Barangsiapa berjalan disuatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. Abu Isa berkata : Ini adalah hadits hasan. (Hadis Nomor 2570)251
      Selanjutnya pada Hadis yang lain Rasulullah Saw. bersabda :

العلم ثلاثة وماسوى ذالك فضل ؟ اية محكمة او سنة قائمة او فريضة عادلة .
رواه ابو دود وابن ماجه
ِ       Artinya : “ Ilmu ada tiga dan yang selain itu adalah keutamaan, ayat yang ditetapkan, sunnah dilaksanakan, atau faraidh yang adil “. (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)252


------------
       250Op.Cit, hlm. 848
       251Imam  al-Ghazali, Op.Cit, hlm.26
       252Op.Cit, hlm. 604
80

     Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi : “ … acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience “ (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring responces as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus). 253
     Hasan Langgulung mengatakan bahwa ada tiga syarat pokok yang harus wujud supaya belajar bisa terjadi. Pertama harus ada rangsangan. Kedua, benda hidup haruslah mengadakan respons kepada rangsangan itu. Dan ketiga, haruslah respon itu diteguhkan seperti dengan ganjaran benda atau bukan benda supaya respon itu dibuat lagi dalam suasana yang sama pada masa yang akan datang, atau ditinggalkan kalau respon itu diteguhkan secara negative. 254
     Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. … Dalam proses belajar ketiga episode ini selalu terdapat yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. 255
     Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan.
a.       Acquisition (tahap perolehan/pnerimaan informasi).
b.      Storage (tahap penyimpanan infomasi).
c.       Retrival (tahap mendapatkan kembali informasi).256

----------
       253Op.Cit, hlm. 65
       254Hasan Langgulung, Op.Cit, hlm. 245
       255S. Nasution, Op.Cit, hlm. 9-10
       256Muhibbin Syah, Op.Cit, 114


81

   Allah Swt. berfirman sebagai berikut :

Artinya “ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al ‘Alaq (96) : 1-5)257
      Menurut Wajidi Sayadi bahwa membaca dengan menggunakan fasilitas akal berarti berusaha mengembankan intelektualitas. Sedangkan sujud mnggunakan fasilitas kalbu (jiwa) akan membangun akhlak al-karimah dan memperkuat rasa ketundukan.258
     Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.259


------------
       257Op.Cit, hlm. 1172-1173
       258Wajidi Sayadi, Op.Cit, hlm. 14-15
       259Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 68


82
       Ahli matematika, fisika, biologi dan ilmuwan lainnya menekankan nilai intuisi dalam pemecahan masalah. Seorang dikatakan berfikir intuitif, bila ia telah lama memikirkan suatu soal dan secara tiba-tiba melihat pemeahannya. Disamping itu dikatakan bahwa seorang berfikir intuitif, bila ia dengan cepat dapat mengemukakan terkaan-terkaan yang baik dan tepat. Menurut kamus Webster, intuisi berarti pemahaman yang segera. Benar tidaknya intuisi itu masih harus diselidiki dengan cara analitis.260
        Muhibbin Syah dalam Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa “ Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupkan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni connectionism, classical conditioning dan operant conditioning.261
        Prinsip yang menyatukan di kalangan ahli-ahli teori lapangan adalah pengamatan pelajar sendiri terhadap lingkungannya dan penemuan pribadinya terhadap makna dalam suatu suasana. Tingkah laku belajar harus diterangkan menurut sifat menyeluruhnya masalah itu. Manusia tidak mengadakan respons kepada rangsangan yang terpisah, tetapi kepada seperangkat rangsangan atau pola rangsangan. Mereka tidak mengadakan respons kepada rangsangan tunggal, tetapi kepada suatu pola rangsangan, suatu pola sebagai keseluruhan. Pendeknya, individu memilih rangsangan-rangsangan tertentu dari keseluruhan suasana itu, kemana ia akan memberi reaksi, dan apa yang dipilihnya akan merubah tingkahlakunya. 262
       Muhammad Utsman Najati dalam Psikologi dalam al Qur’an menyatakan tentang sumber-sumber Ilmu bahwa “ Manusia dpat memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama : sumber Ilahiah dan sumber insaniah. Kedua jenis ilmu ini kembali kepada Allah Swt. yang telah menciptakan manusia serta melengkapinya dengan berbagai alat dan instrument yang dapat digunakan untuk persepsi dan perolehan ilmu. Ilmu yang dating dari sumber Ilahiah adalah ilmu yang secara langsung dating kepada kita dari Allah Swt. malui wahyu, ilham, atau mimpi yang benar. Adapun ilmu yang dating dari sumber insaniah adalah ilmu yang dipelajari manusia dari pengalaman-pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kesungguhannya dalam eksplorasi, observasi, upaya mengatasi berbagai masalah yang menghadang dengan cara trial and error, atau melalui pengalaman praktis”. 263

------------
       260S. Nasution, Op.Cit, hlm. 10
       261Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 102-103
       262Hasan Langgulung, Op.Cit, hlm. 249
       263Muhammad Utsman Najati, Op.Cit, hlm. 252-252
83
       Selanjutnya dikatakan pula dalam cara-cara belajar menurut al Qur’an bahwa “ Manusia akan belajar dengan cara yang berbeda-beda. Kadang-kadang manusia belajar dengan cara meniru (imitation). Seorang anak akan meniru kedua orang tuanya serta belajar berbagai kebiasaan dan pola perilaku mereka. Melalui pengalaman praktis atau tril and error, manusia juga akan belajar banyak mengenai cara-cara yang berguna dalam mengatasi berbagai problema kehidupannya dan bermacam urusan penghidupannya. Adakalanya manusia juga belajar melalui pemikiran dan membuat konklusi logis “. 264

       Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
  
     Artinya “ kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal “. (Q.S. al Maidah (5) : 31) 265
       Pada ayat yang lain Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
  
       Artinya  “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al Ahzab (33) : 21)266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar