1.
Lingkungan
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, krpibadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.235
Lingkungan pendidikan adalah kondisi dan
situasi yang berada di luar anak didik yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan pendidikan anak pasca kelahirannya.236 Para pakar pendidikan membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga, yakni
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.237
Tanggung jawab pendidikan dipikul
bersama-sama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Tanggung jawab
pendidikan di rumah oleh kedua orang tua, di sekolah oleh guru dan di
masyarakat oleh lembaga-lembaga atau pemimpin masyarakat yang senantiasa
memperhatikan warganya agar menjadi masyarakat yang baik.
------------
233Ibid, hlm. 284
234Ibid, hlm. 281-282
235UU RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit,
hlm. 58
236Nurwadjah Ahmad EQ,. Op.Cit,
hlm. 128
237Ibid, hlm. 129
76
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga amat penting. Dialah yang
mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.238
Ada beberapa prinsip yang sebaiknya
diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman iman di hati anak-anaknya di rumah
tangga. Yang pertama, membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan
istri (ayah dan ibu anak); kedua, membina hubungan harmonis dan akrab antara
orang tua dan anak; dan ketiga, mendidik (membiasakan, memberi contoh dan
lain-lain tadi) sesuai dengan tuntunan Islam.239
Setiap siswa yang telah mengalami proses
belajar kebiasan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973),
kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan
menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan
juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses
penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relative
menetap dan otomatis.240
Belajar kebiasaan adalah proses
pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladn dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual).
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata
nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan
cultural. Belajar kebiasaan akan lebih tepat dilaksanakan dalam konteks
pendidikan keluarga. 241
------------
238Zakiah
Daradjat, Op.Cit, hlm. 47
239A.
Tafsir, Op.Cit, hlm. 129
240Muhibbin
Syah, Op.Cit, hlm. 116-117
241Ibid, hlm. 121-122
77
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Keenam Pendidikan Informal Pasal 27
ayat (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.242
Skinner, seperti yang dikutip Barlow
(1985) dalam bukunya Educational Psychologi : The Teaching-Learing Process,
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam
pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah … a process of progressive behavior
adaptation. Berdasarkan eksperimennya B.F. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat (reinforcer).243
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses,
belajar hamper selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.244
Zakiah Darajat dalam Metodologi
Pengajaran Agama Islam mengatakan bahwa “ Pengalaman belajar hanya dapat
diperoleh jika murid berpartisipasi
aktif. .. Bentuk belajar secara aktif meliputi interaksi antara murid
dan guru, murid dengan murid lainnya, sekolah dengan rumah, sekolah dengan
masyarakat, dan murid dengan segala macam alat-alat pengajaran. Dengan demikian
murid harus didorong untuk berpartisipasi aktif sehingga mereka dapat belajar
melalui pengalaman. Prinsipnya bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. 245
------------
242UU
RI No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, hlm. 71
243Muhibbin
Syah, Op.Cit, hlm. 88
244Ibid, hlm. 93
245Zakiah
Daradjat, Op.Cit, hlm. 121
78
Termasuk karunia Allah Swt., disamping nikmat
persepsi dan berfikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk
belajar serta memperoleh ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Belajar
menjadikan manusia memiliki kemampuan lebih dalam mengemban tanggung jawab hidup
dan memakmurkan bumi. Selain itu, belajar juga memungkinkan manusia
mengembangkan kemampuan dan keterapilannya dengan jaminan manusia dapat
mencapai kesempurnaan insane yang luar biasa. 246
Manusia akan belajar dengan cara yang
berbeda-beda. Kadang-kadang manusia belajar dengan cara meniru (imitation).
Seorang akan meniru kedua orang tuanya serta belajar berbagai kebiasaan dan
pola perilaku mereka. Melalui pengalaman praktis atau trial and error, manusia
juga akan belajar banyak mengenai cara-cara yang berguna dalam mengatasi
berbagai problema kehidupannya dan bermacam urusan penghidupannya. Adakalanya
manusia juga belajar melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.247
Bagaimanakah pandangan agama khususnya
Islam terhadap belajar, memori, dan pengetahuan ? Agaknya tiada satupun agama,
termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses
belajar, proses kerja system memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan
dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap
signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai
alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas. Kata-kata kunci, seperti ya’qiluun, yatafakkaruun, yubshiruun,
yasma’uun dan sebagainya yang terdapat dalam al Qur’an, merupakan bukti
betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar
dan meraih ilmu pengetahuan. 248
Abdurrahman Saleh Abdullah dalam
Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Qur’an mengatakan
bahwa “ Hilm dengan bentuk jama’nya ahlam
di dalam al Qur’an ada satu ayat yang menunjukkan daya fikir. Izutsu
menyebut hilm bukan sinonim yang
sempurna dari aql , hilm lebih
komprehensif darpada aql, karena hilm mengandung mengandung pengertian
yang sangat mendasar dari daya fikir dan intelek, maka bukan merupakan sinonim,
karena aql lebih sempit pengertiannya. Akan tetapi secara praktis, kedua
istilah aql dan hilm menjadi serupa benar pengertiannya. 249
------------
246Muhammad
Utsman Najati, Psikologi dalam al Qur-an,
Terj. M. Zaka al Farisi, (Bandung : CV
Pustaka
Setia, 2005), cet. 1, hlm. 251
247Ibid, hlm. 258
248Muhibbin
Syah, Op.Cit, hlm. 98-99
249Abdurrahman
Saleh Abdullah, Op.Cit, hlm. 98
79
Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
Artinya “ (apakah kamu Hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Az-Zumar (39) : 9)250
Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut
:
حدثنا
محمود بن غيلا ن حدثنا ابو اسامة عن الاعمش عن ابن صالح عن ابى هريرة قال قال
رسول
الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة
قال
ابو عيسى هذا حديث حسن
Artinya : Telah menceriterakan kepada kami
Mahmud bin Ghailan, telah menceriterakan kepada kami Abu Usamah dari al ‘Amsyi
dari Ab Shalih dari Abu Hurairah dia berkata : Rslullah Saw. Bersabda :
Barangsiapa berjalan disuatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan ke syurga. Abu Isa berkata : Ini adalah hadits hasan.
(Hadis Nomor 2570)251
Selanjutnya pada Hadis yang lain
Rasulullah Saw. bersabda :
العلم
ثلاثة وماسوى ذالك فضل ؟ اية محكمة او سنة قائمة او فريضة عادلة .
رواه
ابو دود وابن ماجه
ِ Artinya : “ Ilmu
ada tiga dan yang selain itu adalah keutamaan, ayat yang ditetapkan, sunnah
dilaksanakan, atau faraidh yang adil “. (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)252
------------
250Op.Cit, hlm. 848
251Imam al-Ghazali, Op.Cit, hlm.26
252Op.Cit, hlm. 604
80
Chaplin (1972) dalam Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua macam
rumusan. Rumusan pertama berbunyi : “ … acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience “ (Belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan
dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring responces as a
result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus). 253
Hasan Langgulung mengatakan bahwa ada tiga
syarat pokok yang harus wujud supaya belajar bisa
terjadi. Pertama harus ada rangsangan. Kedua, benda hidup haruslah mengadakan
respons kepada rangsangan itu. Dan ketiga, haruslah respon itu diteguhkan seperti
dengan ganjaran benda atau bukan benda supaya respon itu dibuat lagi dalam
suasana yang sama pada masa yang akan datang, atau ditinggalkan kalau respon
itu diteguhkan secara negative. 254
Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat
dibedakan tiga fase atau episode, yakni (1)
informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. … Dalam proses belajar ketiga
episode ini selalu terdapat yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi
diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal
ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid,
minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. 255
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya
Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga
tahapan.
a. Acquisition (tahap perolehan/pnerimaan
informasi).
b. Storage (tahap penyimpanan infomasi).
c. Retrival (tahap mendapatkan kembali
informasi).256
----------
253Op.Cit,
hlm. 65
254Hasan
Langgulung, Op.Cit, hlm. 245
255S. Nasution, Op.Cit, hlm. 9-10
256Muhibbin Syah, Op.Cit, 114
81
Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
Artinya
“ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Q.S al ‘Alaq (96) : 1-5)257
Menurut Wajidi Sayadi bahwa membaca
dengan menggunakan fasilitas akal berarti berusaha mengembankan
intelektualitas. Sedangkan sujud mnggunakan fasilitas kalbu (jiwa) akan
membangun akhlak al-karimah dan memperkuat rasa ketundukan.258
Adapun pengertian belajar secara
kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan
tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti
dihadapi siswa.259
------------
257Op.Cit,
hlm. 1172-1173
258Wajidi Sayadi, Op.Cit, hlm. 14-15
259Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm. 68
82
Ahli matematika, fisika, biologi dan
ilmuwan lainnya menekankan nilai intuisi dalam
pemecahan masalah. Seorang dikatakan berfikir intuitif, bila ia telah lama
memikirkan suatu soal dan secara tiba-tiba melihat pemeahannya. Disamping itu
dikatakan bahwa seorang berfikir intuitif, bila ia dengan cepat dapat
mengemukakan terkaan-terkaan yang baik dan tepat. Menurut kamus Webster,
intuisi berarti pemahaman yang segera. Benar tidaknya intuisi itu masih harus
diselidiki dengan cara analitis.260
Muhibbin Syah dalam Psikologi
Pendidikan mengatakan bahwa “ Secara pragmatis, teori
belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupkan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang
berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang
berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni
connectionism, classical conditioning dan operant conditioning.261
Prinsip yang menyatukan di kalangan ahli-ahli
teori lapangan adalah pengamatan pelajar
sendiri terhadap lingkungannya dan penemuan pribadinya terhadap makna dalam
suatu suasana. Tingkah laku belajar harus diterangkan menurut sifat
menyeluruhnya masalah itu. Manusia tidak mengadakan respons kepada rangsangan
yang terpisah, tetapi kepada seperangkat rangsangan atau pola rangsangan.
Mereka tidak mengadakan respons kepada rangsangan tunggal, tetapi kepada suatu
pola rangsangan, suatu pola sebagai keseluruhan. Pendeknya, individu memilih
rangsangan-rangsangan tertentu dari keseluruhan suasana itu, kemana ia akan
memberi reaksi, dan apa yang dipilihnya akan merubah tingkahlakunya. 262
Muhammad Utsman Najati dalam Psikologi dalam
al Qur’an menyatakan tentang sumber-sumber
Ilmu bahwa “ Manusia dpat memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama :
sumber Ilahiah dan sumber insaniah. Kedua jenis ilmu ini kembali kepada Allah
Swt. yang telah menciptakan manusia serta melengkapinya dengan berbagai alat
dan instrument yang dapat digunakan untuk persepsi dan perolehan ilmu. Ilmu
yang dating dari sumber Ilahiah adalah ilmu yang secara langsung dating kepada
kita dari Allah Swt. malui wahyu, ilham, atau mimpi yang benar. Adapun ilmu
yang dating dari sumber insaniah adalah ilmu yang dipelajari manusia dari
pengalaman-pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kesungguhannya dalam
eksplorasi, observasi, upaya mengatasi berbagai masalah yang menghadang dengan
cara trial and error, atau melalui pengalaman praktis”. 263
------------
260S.
Nasution, Op.Cit, hlm. 10
261Muhibbin
Syah, Op.Cit, hlm. 102-103
262Hasan
Langgulung, Op.Cit, hlm. 249
263Muhammad
Utsman Najati, Op.Cit, hlm. 252-252
83
Selanjutnya dikatakan pula dalam cara-cara
belajar menurut al Qur’an bahwa “ Manusia akan
belajar dengan cara yang berbeda-beda. Kadang-kadang manusia belajar dengan
cara meniru (imitation). Seorang anak akan meniru kedua orang tuanya serta
belajar berbagai kebiasaan dan pola perilaku mereka. Melalui pengalaman praktis
atau tril and error, manusia juga akan belajar banyak mengenai cara-cara yang
berguna dalam mengatasi berbagai problema kehidupannya dan bermacam urusan
penghidupannya. Adakalanya manusia juga belajar melalui pemikiran dan membuat
konklusi logis “. 264
Allah Swt. berfirman sebagai berikut :
Artinya “ kemudian
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata
Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung
gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu
jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal “. (Q.S. al Maidah (5) :
31) 265
Pada ayat yang lain Allah Swt. berfirman
sebagai berikut :
Artinya “ Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al
Ahzab (33) : 21)266
Tidak ada komentar:
Posting Komentar